Senin, 13 Februari 2012

Kewajiban Belajar

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Alloh SWT yang dengan rahmatnya kita saling menyayangi sesamanya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada  baginda Rosulullah SAW, yang menjadikan terang benderangnya peradaban dan massifnya ilmu pengetahuan di muka bumi dengan membawa panji-panji dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
            Pada dasarnya manusia ciptaanNya adalah khas dengan sifat lemah lagi sombong. Manusia adam yang telah di ciptakan sang khaliq dengan media sari pati tanah, mengingat betul bahwa manusia tidaklah ada yang patut untuk di banggakan. Karena memang manusia yang mulia itu, yang memiliki ketaqwaan yang lebih di hadapan-Nya tidak memandang apa yang di milikinya ketika hidup. Maka sangat hina sekali, bilamana kepunyaan yang di dunia itu di agung-agungkan secara berlebihan.
            Sebagai contoh, islam datang dengan menawarkan konsep kehidupan yang madani. Dalam pandangan islam, konsep-konsep kehidupan yang memang menjadi alternatife kehidupan yang damai, adalah sesuai dengan syariat atau setidaknya menafsirkan konsep itu dalam kehidupan real. Dan semuanya bermuara kepada pengetahuan atau ilmu yang memang harus di ejawantahkan secara teks atau aplikasinya.
            Manusia yang memiliki sifat lemah, memang menjadi kewajibannya yaitu senantiasa membekali dirinya dengan segala asupan pengetahuan atau wacana keilmuan. Baik yang bersifat teks klasik atau kontemporer/modern sekaligus yang aplikatif. Sederhana saja, orang yang berpengetahuan akan sangatlah jauh berbeda dengan mereka yang tidak memiliki pengetahuan. Karena memang di sebutkan dalam Alquran Surat Al-Zumar: 9 yang artinya, “ Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui”
            Surat di atas menggambarkan jelas bahwasannya perbedaan yang mendasar dari golongan yang memiliki ilmu dengan di banding mereka yang tidak memiliki ilmu. Pengetahuan itu, di dapat dari proses panjang yang tidak mengenal batas usia, atau laki-laki perempuan, tua-muda, kaya-dan miskin, semuanya memiliki kewajiban untuk untuk mencari ilmu. Hal ini di dasarkan pada hadits, “ Carilah dari buaian sampai liang lahat”, artinya dari lahir sampai dengan meninggal. Tidak usah di maknakan kembali, karena memang secara eksplisit bias di pahami maknanya.
            Kemudian hadits kedua, riwayat Muslim dan Ahmad, yang berartikan “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Artinya, setiap muslim laki-laki ataupun perempuan memiliki kewajiban yang sama yaitu mencari ilmu. Tidak terbatas mereka yang tua atau muda. Dan perlu di ketahui, bagi mereka yang tidak berusaha untuk mencari ilmu, berdasarkan pada teks hadits ini berarti di hukumi dosa. Ilmu itu secara general, bias di spesifikan menjadi ilmu dunia dan akhirat, yang keduanya memiliki peran penting pada kehidupan.
            Sebagaimana dengan Ikatan kita tercinta ini, Ikatan Pelajar Muhammadiyah tentulah semangat ilmu itu selalu ada. Karena sesuai dengan misi dakwahnya gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar ini, setidaknya IPM bisa menjadi barisan depan keilmuan bagi pelajar Indonesia. Tentunya, misi itu haruslah di imbangkan dengan semangat organisasi pula. Kritis Transformatif bagi Ikatan Pelajar Muhammadiyah itu di tandai dengan kekritisan dan budaya iqro yang di  budayakan.
            Dari itu semua ilmu itu wajib atas setiap muslim untuk mencari ilmu, dalam hikmah arab pun di tuliskan “ Carillah ilmu sampai ke negeri cina”, kenapa sampai ke negeri cina karena memang ada yang mentafsirkan bahwasannya Cina saat itu di ibaratkan menjadi kiblatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya hikmah ini, menegaskan bahwa tidaklah di batasi oleh suatu tempat bagi seorang muslim untuk mencari ilmu, asalkan itu memang di niati “ Tholabul ‘ilmi.
            Dalam alquran surat Al-Mujadilah ayat 11, Alloh telah berfirman yang artinya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “.  Pada potongan surat ini, menjelaskan tentang kemuliaan bagi orang yang mencari ilmu dengan di tinggikan derajatnya di hadapan-Nya.
            Secara teks, pada arti “ Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dengan beberapa derajat” ini memberikan pengertian dasar bahwasannya Alloh akan senantiasa menaikan kasta derajat seorang yang beriman di antara mereka, dan bagi siapa saja yang memanfaatkan nikmat hidupnya untuk mencari dan belajar ilmu. Pada dasarnya, firman Alloh ini secara keseluruhan di tujukan kepada kaum muslim semata, dan tidaklah berlaku bagi orang selain islam meskipun berlaku dalil orang yang sedang mencari ilmu.
            Hadits riwayat mutafaq’alaih "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim). Point dari hadits ini, bahwasannya segala kehidupan ini hendaklah selalu mendasarkan pada pengetahuan atau ilmu, dan itu sepertinya sudah menjadi harga mati. Perlu di garis bawahi, ilmu tidak sekedar bagaimana kita belajar tentang agama saja, tetapi ilmu social/dunia pun perlu kita pahami juga.
            Dari Muawiyah berkata: “ Aku mendengar Rosulullah Shollalohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Wahai manusia! Sesungguhnya (untuk mendapatkan) ilmu adalah dengan belajar, dan (untuk mendapatkan) kepahaman adalah dengan berusaha untuk paham. Dan barang siapa yang Alloh menghendaki baik kepadanya, maka Alloh akan menjadikannya paham dalam masalah agama. Dan sesungguhnya yang bisa takut kepada Alloh, dari (semua golongan) hamba-Nya adalah para ulama” (HR Thobroni). Kita soroti pada kalimat “ Sesungguhnya (untuk mendapatkan) ilmu adalah dengan belajar, dan (untuk mendapatkan) kepahaman adalah dengan berusaha untuk paham”.
            Artinya pada kalimat ini, ada semacam ikhtiar yang harus di lakukan oleh si fulan, untuk bisa mendapatkan ilmu yaitu dengan belajar. Dan belajar jangan di artikan sebagai seseorang yang hanya sedang duduk di bangku sekolah/kuliah saja, tetapi lebih luas belajar dalam arti sesungguhnya yaitu mencari segala pengetahuan. Kemudian, baris selanjutnya bahwa untuk mendapatkan suatu pemahaman, harus ada kemauan untuk paham terlebih dahulu, atau dengan kata lain si fulan harus bersungguh-sungguh.
            Dengan semakin kompleknya kehidupan social yang di tandai pesatnya komunikasi dan jaringan, menuntut kita dan memaksa perubahan global itu. Mereka yang berhenti, maka akan terlindas, dan siapa yang berjalan lambat maka akan terlindas pula (perumpamaan). Pada intinya, kita sebagai pelajar harus sudah melek dengan itu semua, terlepas itu produk dari orientalis atau kaum muslim. Dan tentunya semangat kemajuan itu, harus di filter sedemikian rupa, dengan selalu mempertimbangkan nilai kemanfaatan bagi pribadi maupun kelompk,  karena pada dasarnya pengetahuan global amatlah keras.
            Dan tentunya, pengetahuan atau ilmu lah yang menjadi kuncinya. Tidak salah kita belajar pada siapa saja, selagi itu memang bermanfaat secara keduniaan maupun akhirat. Tetapi lebih prioritaslah pada ilmu akhirat yang memang, itu menjadi bekal yang hakiki dalam menemui hari akhir nanti. Karena memang perkembengan ilmu pengetahuan, sulitlah untuk menemukan batasnya, karena memang sifatnya yang universal. Dan akan sangat lebih tepat kita belajar mengenai ulumul qur’an dan ilmu hadits.

            Berbicara tentang ilmu, bahwasannya ilmu itu memiliki peran tersendiri. Di antara peran itu adalah,

1.     Sebagai petunjuk keimanan, terdapat dalam (QS 22:54, 3:7, dan 35:28)
2.     Sebagai petunjuk beramal

Dan hadits:
“ Seorang alim (berilmu) dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka seseorang yang berilmua tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam surge, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka ( HR. Daylami)
Salah satu keutamaan manusia adalah pada ilmunya. Hal ini, pernah di kisahkan pada penyembahan malaikat yang di perintahkan Alloh kepada Adam dengan segala potensi yang di miliki dari Adam itu sendiri menjadikan manusia lebih utama di banding makhluk yang lain.

Keutamaan menuntut ilmu

            Syair yang terkenal dari imam syafi’I :

“Ilmuku selalu bersamaku ke mana aku pergi
Kalbuku yang telah menjadi gudangnya dan bukan lagi peti-peti
Bila aku berada di rumah, ilmuku pun bersamaku pula di rumah
Dan bila aku di pasar, ilmuku pun berada di pasar”
Ini merupakan bentuk ketekunan dan keseriusan mencari ilmu dari seorang ulama. Artinya, ilmulah yang akan selalu menemani si empunya, kemana ia berlalu.
            Berdasar hadits yang di riwayatkan oleh Imam Muslim:
“Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (HR. Muslim).
Ini menjadi motivasi yang luar biasa, bilamana ini menjadi titik tekan bagi siapa saja yang mencari ilmu. Hanya saja ilmu yang seperti apa yang akan di mudahkan oleh-Nya. Kalau kita tafsirkan lebih dalam, tentunya tidak cukup satu halaman. Akan tetapi, secara sederhana ilmu yang di maksud itu, tentunya ilmu yang bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
            Kemudian menilik kembali hadits riwayat imam Muslim yang lain:

“Jika anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal:
1) Ilmu yang bermanfaat
2) Sedekah jariyah
3) Anak Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR. Muslim).
            Kita maknakan sebatas pengetahuan dasar, Ilmu yang bermanfaat, artinya bermanfaat secara luas, baik bagi diri maupun orang lain, atau bermanfaat pula bagi masyarakat lingkungannya. Kemudian sedekah jariyah, yakni sedekah yang terus menerus mengalir pahalanya dan bersifat memasyarakat. Sebagai gambaran, orang yang bersedekah untuk pembangunan masjid, pondok atau pusat kajian keislaman. Anak sholeh yang mendo’akan, kedua orang tuanya, mempunyai pengertian bahwasannya do’a anak kepada almarhum orang tua, tentulah akan terus mengalir dan mendatangkan pahala tentunya.
            “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini, menjelaskan tentang kebaikan Alloh yang di berikan kepada hambanya bilamana ia belajar memperdalam ilmu agamanya. Dalam teks hadits ini, Nabi menjelaskan tentang ilmu apa yang lebih punya manfaat di banding  dengan ilmu yang lain.

Adab menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, di antaranya:
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus-menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut Ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. Allah tidak menyukai orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
5. Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS 16:43.

Tidak ada komentar: