KEWAJIBAN
MENUNTUT ILMU
Alhamdulillah
puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Alloh SWT yang dengan rahmatnya kita
saling menyayangi sesamanya.
Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada baginda Rosulullah SAW,
yang menjadikan terang benderangnya peradaban dan massifnya ilmu pengetahuan di
muka bumi dengan membawa panji-panji dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Pada
dasarnya manusia ciptaanNya adalah khas dengan sifat lemah lagi sombong.
Manusia adam yang telah di ciptakan sang khaliq dengan media sari pati tanah,
mengingat betul bahwa manusia tidaklah ada yang patut untuk di banggakan.
Karena memang manusia yang mulia itu, yang memiliki ketaqwaan yang lebih di
hadapan-Nya tidak memandang apa yang di milikinya ketika hidup. Maka sangat
hina sekali, bilamana kepunyaan yang di dunia itu di agung-agungkan secara
berlebihan.
Sebagai
contoh, islam datang dengan menawarkan konsep kehidupan yang madani. Dalam
pandangan islam, konsep-konsep kehidupan yang memang menjadi alternatife
kehidupan yang damai, adalah sesuai dengan syariat atau setidaknya menafsirkan
konsep itu dalam kehidupan real. Dan semuanya bermuara kepada pengetahuan atau
ilmu yang memang harus di ejawantahkan secara teks atau aplikasinya.
Manusia
yang memiliki sifat lemah, memang menjadi kewajibannya yaitu senantiasa
membekali dirinya dengan segala asupan pengetahuan atau wacana keilmuan. Baik
yang bersifat teks klasik atau kontemporer/modern sekaligus yang aplikatif.
Sederhana saja, orang yang berpengetahuan akan sangatlah jauh berbeda dengan
mereka yang tidak memiliki pengetahuan. Karena memang di sebutkan dalam Alquran
Surat Al-Zumar: 9 yang artinya, “ Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui”
Surat di atas menggambarkan jelas bahwasannya
perbedaan yang mendasar dari golongan yang memiliki ilmu dengan di banding
mereka yang tidak memiliki ilmu. Pengetahuan itu, di dapat dari proses panjang
yang tidak mengenal batas usia, atau laki-laki perempuan, tua-muda, kaya-dan
miskin, semuanya memiliki kewajiban untuk untuk mencari ilmu. Hal ini di
dasarkan pada hadits, “ Carilah dari buaian sampai liang lahat”, artinya dari
lahir sampai dengan meninggal. Tidak usah di maknakan kembali, karena memang secara
eksplisit bias di pahami maknanya.
Kemudian
hadits kedua, riwayat Muslim dan Ahmad, yang berartikan “ Mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. Artinya, setiap muslim laki-laki ataupun perempuan
memiliki kewajiban yang sama yaitu mencari ilmu. Tidak terbatas mereka yang tua
atau muda. Dan perlu di ketahui, bagi mereka yang tidak berusaha untuk mencari
ilmu, berdasarkan pada teks hadits ini berarti di hukumi dosa. Ilmu itu secara
general, bias di spesifikan menjadi ilmu dunia dan akhirat, yang keduanya
memiliki peran penting pada kehidupan.
Sebagaimana
dengan Ikatan kita tercinta ini, Ikatan Pelajar Muhammadiyah tentulah semangat
ilmu itu selalu ada. Karena sesuai dengan misi dakwahnya gerakan dakwah amar
ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar ini, setidaknya IPM bisa menjadi barisan
depan keilmuan bagi pelajar Indonesia. Tentunya, misi itu haruslah di imbangkan
dengan semangat organisasi pula. Kritis Transformatif bagi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah itu di tandai dengan kekritisan dan budaya iqro yang di budayakan.
Dari
itu semua ilmu itu wajib atas setiap muslim untuk mencari ilmu, dalam hikmah
arab pun di tuliskan “ Carillah ilmu sampai ke negeri cina”, kenapa sampai ke
negeri cina karena memang ada yang mentafsirkan bahwasannya Cina saat itu di
ibaratkan menjadi kiblatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya hikmah
ini, menegaskan bahwa tidaklah di batasi oleh suatu tempat bagi seorang muslim
untuk mencari ilmu, asalkan itu memang di niati “ Tholabul ‘ilmi.
Dalam
alquran surat Al-Mujadilah ayat 11, Alloh telah berfirman yang artinya:
“ Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan “. Pada potongan
surat ini, menjelaskan tentang kemuliaan bagi orang yang mencari ilmu dengan di
tinggikan derajatnya di hadapan-Nya.
Secara teks, pada arti “ Alloh akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dengan beberapa derajat” ini
memberikan pengertian dasar bahwasannya Alloh akan senantiasa menaikan kasta
derajat seorang yang beriman di antara mereka, dan bagi siapa saja yang
memanfaatkan nikmat hidupnya untuk mencari dan belajar ilmu. Pada dasarnya,
firman Alloh ini secara keseluruhan di tujukan kepada kaum muslim semata, dan
tidaklah berlaku bagi orang selain islam meskipun berlaku dalil orang yang
sedang mencari ilmu.
Hadits riwayat mutafaq’alaih "Barang
siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia)
diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang
meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula".
(HR.Bukhari dan Muslim). Point dari hadits ini, bahwasannya segala
kehidupan ini hendaklah selalu mendasarkan pada pengetahuan atau ilmu, dan itu
sepertinya sudah menjadi harga mati. Perlu di garis bawahi, ilmu tidak sekedar
bagaimana kita belajar tentang agama saja, tetapi ilmu social/dunia pun perlu
kita pahami juga.
Dari Muawiyah berkata: “ Aku
mendengar Rosulullah Shollalohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Wahai manusia!
Sesungguhnya (untuk mendapatkan) ilmu adalah dengan belajar, dan (untuk
mendapatkan) kepahaman adalah dengan berusaha untuk paham. Dan barang siapa
yang Alloh menghendaki baik kepadanya, maka Alloh akan menjadikannya paham
dalam masalah agama. Dan sesungguhnya yang bisa takut kepada Alloh, dari (semua
golongan) hamba-Nya adalah para ulama” (HR Thobroni). Kita soroti pada kalimat
“ Sesungguhnya (untuk mendapatkan) ilmu adalah dengan belajar, dan (untuk
mendapatkan) kepahaman adalah dengan berusaha untuk paham”.
Artinya pada kalimat ini, ada
semacam ikhtiar yang harus di lakukan oleh si fulan, untuk bisa mendapatkan
ilmu yaitu dengan belajar. Dan belajar jangan di artikan sebagai seseorang yang
hanya sedang duduk di bangku sekolah/kuliah saja, tetapi lebih luas belajar
dalam arti sesungguhnya yaitu mencari segala pengetahuan. Kemudian, baris
selanjutnya bahwa untuk mendapatkan suatu pemahaman, harus ada kemauan untuk
paham terlebih dahulu, atau dengan kata lain si fulan harus bersungguh-sungguh.
Dengan semakin kompleknya kehidupan
social yang di tandai pesatnya komunikasi dan jaringan, menuntut kita dan
memaksa perubahan global itu. Mereka yang berhenti, maka akan terlindas, dan
siapa yang berjalan lambat maka akan terlindas pula (perumpamaan). Pada
intinya, kita sebagai pelajar harus sudah melek dengan itu semua, terlepas itu
produk dari orientalis atau kaum muslim. Dan tentunya semangat kemajuan itu,
harus di filter sedemikian rupa, dengan selalu mempertimbangkan nilai
kemanfaatan bagi pribadi maupun kelompk,
karena pada dasarnya pengetahuan global amatlah keras.
Dan tentunya, pengetahuan atau ilmu
lah yang menjadi kuncinya. Tidak salah kita belajar pada siapa saja, selagi itu
memang bermanfaat secara keduniaan maupun akhirat. Tetapi lebih prioritaslah
pada ilmu akhirat yang memang, itu menjadi bekal yang hakiki dalam menemui hari
akhir nanti. Karena memang perkembengan ilmu pengetahuan, sulitlah untuk
menemukan batasnya, karena memang sifatnya yang universal. Dan akan sangat
lebih tepat kita belajar mengenai ulumul qur’an dan ilmu hadits.
Berbicara tentang ilmu, bahwasannya
ilmu itu memiliki peran tersendiri. Di antara peran itu adalah,
1.
Sebagai
petunjuk keimanan, terdapat dalam (QS 22:54, 3:7, dan 35:28)
2.
Sebagai
petunjuk beramal
Dan
hadits:
“
Seorang alim (berilmu) dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di
dalam syurga, maka seseorang yang berilmua tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu
dan amalnya akan berada di dalam surge, sedangkan dirinya akan berada dalam
neraka ( HR. Daylami)
Salah
satu keutamaan manusia adalah pada ilmunya. Hal ini, pernah di kisahkan pada
penyembahan malaikat yang di perintahkan Alloh kepada Adam dengan segala potensi
yang di miliki dari Adam itu sendiri menjadikan manusia lebih utama di banding
makhluk yang lain.
Keutamaan menuntut ilmu
Syair
yang terkenal dari imam syafi’I :
“Ilmuku
selalu bersamaku ke mana aku pergi
Kalbuku
yang telah menjadi gudangnya dan bukan lagi peti-peti
Bila aku
berada di rumah, ilmuku pun bersamaku pula di rumah
Dan bila
aku di pasar, ilmuku pun berada di pasar”
Ini merupakan bentuk ketekunan dan keseriusan
mencari ilmu dari seorang ulama. Artinya, ilmulah yang akan selalu menemani si
empunya, kemana ia berlalu.
Berdasar
hadits yang di riwayatkan oleh Imam Muslim:
“Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka
Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (HR.
Muslim).
Ini
menjadi motivasi yang luar biasa, bilamana ini menjadi titik tekan bagi siapa
saja yang mencari ilmu. Hanya saja ilmu yang seperti apa yang akan di mudahkan
oleh-Nya. Kalau kita tafsirkan lebih dalam, tentunya tidak cukup satu halaman.
Akan tetapi, secara sederhana ilmu yang di maksud itu, tentunya ilmu yang
bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Kemudian menilik kembali hadits
riwayat imam Muslim yang lain:
“Jika anak Adam telah meninggal dunia maka
terputuslah amalnya kecuali 3 hal:
1) Ilmu
yang bermanfaat
2)
Sedekah jariyah
3) Anak
Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR. Muslim).
Kita
maknakan sebatas pengetahuan dasar, Ilmu yang bermanfaat, artinya bermanfaat
secara luas, baik bagi diri maupun orang lain, atau bermanfaat pula bagi
masyarakat lingkungannya. Kemudian sedekah jariyah, yakni sedekah yang terus
menerus mengalir pahalanya dan bersifat memasyarakat. Sebagai gambaran, orang
yang bersedekah untuk pembangunan masjid, pondok atau pusat kajian keislaman.
Anak sholeh yang mendo’akan, kedua orang tuanya, mempunyai pengertian
bahwasannya do’a anak kepada almarhum orang tua, tentulah akan terus mengalir
dan mendatangkan pahala tentunya.
“Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu
memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini,
menjelaskan tentang kebaikan Alloh yang di berikan kepada hambanya bilamana ia
belajar memperdalam ilmu agamanya. Dalam teks hadits ini, Nabi menjelaskan
tentang ilmu apa yang lebih punya manfaat di banding dengan ilmu yang lain.
Adab menuntut ilmu
Dalam
menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, di antaranya:
1. Niat
Niat
dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan
hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri,
menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari
kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.
2. Bersungguh-sungguh
Dalam
menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami
pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus-menerus
Hendaklah
kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang
akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya
telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih
menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan
amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut Ilmu
Salah
satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah
sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al
Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika
mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. Allah tidak menyukai
orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
5. Menghormati dan memuliakan orang yang
menyampaikan ilmu kepada kita
Di
antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya
pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan
penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya
hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah
ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai
beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang
banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada
orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS 16:43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar